BAB I
PENDAHULUAN
Bab
ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan dan (3) Rumusan
Masalah.
1.1.
Latar Belakang
Pada
umumnya arsitektur gaya Gothik dipahami sebagai satu warisan budaya yang telah
eksis sejak hampir 500 tahun lalu. Paham Renaissance mempercayai bahwa jatuhnya
kekaisaran Romawi mengakibatkan munculnya era kemerosotan (degradasi)
kebudayaan, sebelum kemudian seni budaya bangkit kembali pada abad ke 15. Untuk
menandai pencapaian tersebut, para penulis paham Renaissance menggambarkan
bahwa seni abad pertengahan bagaikan lentera yang suram : “Masa Kegelapan”
datang ketika kaum barbar dari utara menginvasi dan ‘meruntuhkan’ budaya zaman
purba dan menggantikannya dengan kebudayaan mereka. Kaum Goth, yang
sesungguhnya membuat sedikit kerusakan fisik ketika mereka mengambil alih
kekuasaan Romawi pada tahun 410 adalah suku yang dianggap bertanggung jawab
atas malapetaka ini. Karenanya terminologi Gothik dibuat oleh paham Renaissance
sebagai bagian dari definisinya sendiri.
1.2.Tujuan
Tujuannya untuk memperkenalkan lebih
jauh lagi tentang sejarah dan perkembangan arsitektur Gotic. Untuk mengetahui jenis dan material dari bangunan arsitektur
Gotic.
1.3.Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari
arsitektur gotik ?
2.
Bagaimana sejarah arsitektur gotik ?
3. Apa yang melatar
belakangi munculnya arsitektur gotik?
4. Sebutkan macam-macam
pendekatan gotik !
5. Bagaimana struktur
bangunan gotik ?
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Bab
ini menguraikan mengenai: (1) Pengertian Arsitektur Gotik, (2) Macam-macam
Pendekatan dan (3) Filosofi Arsitektur Gotik.
2.1.Pengertian
Arsitektur Gotik
Arsitektur Gothik adalah gaya
arsitektur yang berkembang selama periode Abad Pertengahan. Gaya ini berevolusi
dari arsitektur Romanesque dan diteruskan oleh arsitektur Renaissance.
Arsitektur Gothik berasal dari abad ke-12 sampai abad ke-16 di Perancis,
sehingga arsitektur Gothic dikenal selama periode sebagai “Gaya Perancis” (Opus
Francigenum).
Arsitektur Gothik dikenal diterapkan pada sebagian besar bangunan
katedral, biara dan paroki gereja-gereja di Eropa. Pada perkembangannya gaya
Gothik juga diterapkan pada arsitektur bangunan kastil, istana, balai kota,
balai serikat, universitas terkemuka dan sampai sejauh kurang dan rumah
pribadi. Gaya bangunan berarsitektur gothik yang memiliki karakter kuat dan
mampu menarik emosi tersebut dianggap sebagai karya seni yang tak ternilai dan
tercatat dengan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.
2.2.Macam-macam
Pendekatan
1. Pendekatan Struktur
Pendekatan menekankan pada struktur rangka batu dari arsitektur Gothik,
yang terlihat sebagai logika rekayasa murni, seolah–olah pembuat bangunan hanya
memiliki sedikit hal dalam pikirannya, namun pengurangan dalam jumlah besar
terhadap mural (lukisan dinding) zaman Romanesque menjadi suatu perlindungan
minimal dari batu. Pada abad 19, pendukung sudut pandang ini menghubungkan
Gothik dengan teknologi arsitektur baru untuk besi dan baja. Sebagaimana skema
kerangka arsitektur, Gothik secara konseptual dapat dilihat tidak berbeda
dengan Crystal Palace dan Menara Eifel.
2. Pendekatan Visual
Pendekatan kedua menafsirkan arsitektur Gotik sebagai bagian dari seni
visual, daripada bagian dari Ilmu Statika. Beberapa pengamat menekankan peran
garis, yang dilipatgandakan dan mengambil alih struktur interior yang terlihat
serta mengubahnya dari massa yang berat menjadi konfigurasi yang elegan, ringan
dan berbentuk dinamis. Penekanan lain pada pencahayaan, tidak hanya terhadap
sinar yang dipancarkan lembaran kaca berwarna, tetapi juga terhadap apa yang dinamakan
efek terang benderang dimana struktur gothik diperhitungkan untuk menciptakan
tempurung rangkap visual yang secara optis memotong soliditas struktur. Secara
berurutan, interior gaya Gothik terlihat seperti lapisan berbentuk kanopi yang
saling berkaitan satu sama lain; atau menekankan adanya orientasi diagonal
rusuk kubah dan bentuk balok (kontras dengan gaya Romanesque yang lebih
terbuka).
3.
Pendekatan Simbolik
Bangunan gothic yang sangat kompleks, seperti Katedral Amiens, tidak
didirikan dengan pertimbangan struktur dan visual saja, tanpa emosi yang kuat
dan dalam. Selama era Gothik, simbol-simbol intelektualitas dan keagamaan pada
masa itu diekspresikan dalam bangunan katedral. Aliran/mahzab intelektual yang
sangat berpengaruh pada masa tersebut adalah Scholasticism yang dipelopori oleh
Saint Thomas Aquinas (1225 – 74), yang dalam ensiklopedia Summa Theologica
menyatukan isu agama dan intelektual pada tataran yang sama. Keterkaitan
penting antara mahzab Scholasticisme dengan arsitektur Gothik telah berkembang,
antara lain dalam terjemahan berbagai pandangan visioner pada dinding batu dan
kaca dekoratif dalam katedral.
BAB
III
PEMBAHASAN
Bab ini menerangkan mengenai : (1)
Pembahasan
5.1.
Pembahasan
Arsitektur Gothik adalah gaya
arsitektur yang berkembang selama periode Abad Pertengahan. Gaya ini berevolusi
dari arsitektur Romanesque dan diteruskan oleh arsitektur Renaissance.
Arsitektur Gothik berasal dari abad ke-12 sampai abad ke-16 di Perancis,
sehingga arsitektur Gothic dikenal selama periode sebagai “Gaya Perancis” (Opus
Francigenum).
Arsitektur Gothik dikenal
diterapkan pada sebagian besar bangunan katedral, biara dan paroki
gereja-gereja di Eropa. Pada perkembangannya gaya Gothik juga diterapkan pada
arsitektur bangunan kastil, istana, balai kota, balai serikat, universitas
terkemuka dan sampai sejauh kurang dan rumah pribadi. Gaya bangunan
berarsitektur gothik yang memiliki karakter kuat dan mampu menarik emosi
tersebut dianggap sebagai karya seni yang tak ternilai dan tercatat dengan UNESCO
sebagai Situs Warisan Dunia.
Pada pekembangannya,
arsitektur bergaya gothik mengalami kebangkitan kembali pada abad ke-18 di
Inggris dan menyebar ke hampir seluruh negara Eropa pada abad ke 19.
Arsitrektur gothik yang lahir disetiap wilayah dan Negara-negara memiliki
perbedaan karakter-karakter yang justru memperkaya karakteristik gothik. Salah
satu contoh bangunan berarsitektur gothik yang terkenal adalah Katedral Reims
di Perancis dan Notre Dame.
Berasal dari abad ke-12
Perancis dan abadi ke dalam abad ke-16 , arsitektur Gothic dikenal selama
periode sebagai "Gaya Perancis" (Opus Francigenum), dengan jangka
Gothic pertama muncul pada bagian akhir dariRenaissance . Karakter fitur
termasuk lengkungan menunjuk , yang kubah bergaris dan memperkuat terbang. Arsitektur Gothic adalah gaya
arsitektur yang berkembang selama akhir tinggi dan periode abad pertengahan .
Hal ini berevolusi dari arsitektur Romawi dan digantikan oleh arsitektur.
Arsitektur Gothic yang paling
dikenal sebagai arsitektur banyak besar katedral , biara dan paroki
gereja-gereja di Eropa. Hal ini juga banyak arsitektur kastil , istana , balai
kota , balai serikat , universitas terkemuka dan sampai sejauh kurang, rumah
pribadi.
" Gothic arsitektur
"tidak menyiratkan arsitektur historis Goth . Ia memiliki aplikasi yang
lebih luas. Istilah ini berasal sebagai merendahkan deskripsi. Itu datang untuk
digunakan sebagai awal tahun 1530-an oleh Giorgio Vasari untuk menggambarkan
budaya yang dianggap kasar dan barbar. Pada saat yang Vasari menulis, Italia
telah mengalami abad bangunan dalam kosakata arsitektur klasik kembali dalam
Renaisans dan dilihat sebagai bukti terbatas baru Golden Age pembelajaran dan
perbaikan.
Pada abad ke-17 penggunaan
bahasa Inggris, "Goth" adalah setara dengan " perusak ", sebuah
despoiler liar dengan warisan Jerman dan datang untuk diterapkan pada gaya
arsitektur Eropa utara dari sebelum kebangkitan jenis arsitektur klasik. Menurut
koresponden abad ke-19 di London Journal Catatan dan Pertanyaan : Tidak dapat
diragukan lagi bahwa istilah 'gothic' seperti yang diterapkan untuk menunjuk
gaya arsitektur gereja digunakan pada awalnya menghina, dan di cemooh, oleh
orang-orang yang ambisius untuk meniru dan menghidupkan kembali perintah Yunani
arsitektur, setelah kebangkitan sastra klasik . Pihak berwenang seperti
Christopher Wren dipinjamkan bantuan mereka dalam mencela gaya abad pertengahan
tua, yang mereka sebut Gothic, sebagai sinonim dengan segala sesuatu yang
barbar dan kasar.
Arsitektur bergaya Gothik
lahir pada periode Romenatik. Periode ini ditandai dengan beberapa aliran
arsitektur antara lain Byzanthium, Romanesque, Gothic, Renaissance, serta
Baroque dan Rococo.
Pada umumnya arsitektur gaya
Gothik dipahami sebagai satu warisan budaya yang telah eksis sejak hampir 500
tahun lalu. Paham Renaissance mempercayai bahwa jatuhnya kekaisaran Romawi
mengakibatkan munculnya era kemerosotan (degradasi) kebudayaan, sebelum kemudian
seni budaya bangkit kembali pada abad ke 15. Untuk menandai pencapaian
tersebut, para penulis paham Renaissance menggambarkan bahwa seni abad
pertengahan bagaikan lentera yang suram : “Masa Kegelapan” datang ketika kaum
barbar dari utara menginvasi dan ‘meruntuhkan’ budaya zaman purba dan
menggantikannya dengan kebudayaan mereka. Kaum Goth, yang sesungguhnya membuat
sedikit kerusakan fisik ketika mereka mengambil alih kekuasaan Romawi pada
tahun 410 adalah suku yang dianggap bertanggung jawab atas malapetaka ini.
Karenanya terminologi Gothik dibuat oleh paham Renaissance sebagai bagian dari
definisinya sendiri.
Kerancuan etimologi ini hanya
satu dari kekacauan yang ditimbulkan oleh arsitektur Gothik. Pada awal abad 18,
gaya Gothik kembali menjadi favorit dan dihargai oleh gerakan Romantik dengan
mengabaikan beberapa nilai yang telah diabaikan dan dianggap rendah oleh kaum
Renaissance – kebebasan irrasional dan inti sari faham Christianity (sebagai
kebalikan dari arsitektur Renaissance yang sangat “rasional” dan “penyembah
berhala”. Pada bangunan-bangunan baru didirikan dengan gaya Gothik, para
arsitek dan akademisi telah meneliti dan mempertimbangkan sejarah dan maknanya.
Istilah gothic tersebut
dianggap tidak sesuai dengan kategori dan kosa kata yang telah disusun untuk
arsitektur era Klasik dan Renaissance – antara lain karena sangat asing dan
berbeda, lebih mudah ditirukan daripada dipahami. Terminologi Gothik tetap
dipelihara, dengan mengabaikan absurditasnya, tidak ada satupun periode
arsitektur yang memberikan judul yang demikian tidak layak. Kemisteriusannya,
terlihat sebagai energi utama yang tertangkap pada istilah ‘Gothik’, dengan
penambahan nada pada asal muasal kemisteriusannya, dongeng yang menyimpang,
serta imajinasi liar mengenai kaum barbar dari utara. Meskipun “Gothik” menjadi
istilah yang tidak ada definisi arsitekturnya, tetapi gaya tersebut telah
didefinisikan melalui bentuk arsitekturnya, dan mengabaikan apapun arti yang
disarikan atau dibaca mengenainya.
Secara umum terdapat 3 (tiga) pendekatan
yang cenderung dominan dalam intepretasi arsitektur Gothik, yakni stuktur,
visual, dan simbolik. Pendekatan pertama menekankan pada struktur rangka batu
dari arsitektur Gothik, yang terlihat sebagai logika rekayasa murni,
seolah–olah pembuat bangunan hanya memiliki sedikit hal dalam pikirannya, namun
pengurangan dalam jumlah besar terhadap mural (lukisan dinding) zaman
Romanesque menjadi suatu perlindungan minimal dari batu. Pada abad 19,
pendukung sudut pandang ini menghubungkan Gothik dengan teknologi arsitektur
baru untuk besi dan baja. Sebagaimana skema kerangka arsitektur, Gothik secara
konseptual dapat dilihat tidak berbeda dengan Crystal Palace dan Menara Eifel.
Pendekatan kedua menafsirkan
arsitektur Gotik sebagai bagian dari seni visual, daripada bagian dari Ilmu
Statika. Beberapa pengamat menekankan peran garis, yang dilipatgandakan dan
mengambil alih struktur interior yang terlihat serta mengubahnya dari massa
yang berat menjadi konfigurasi yang elegan, ringan dan berbentuk dinamis. Penekanan
lain pada pencahayaan, tidak hanya terhadap sinar yang dipancarkan lembaran
kaca berwarna, tetapi juga terhadap apa yang dinamakan efek terang benderang
dimana struktur gothik diperhitungkan untuk menciptakan tempurung rangkap
visual yang secara optis memotong soliditas struktur. Secara berurutan,
interior gaya Gothik terlihat seperti lapisan berbentuk kanopi yang saling
berkaitan satu sama lain; atau menekankan adanya orientasi diagonal rusuk kubah
dan bentuk balok (kontras dengan gaya Romanesque yang lebih terbuka).
Bangunan gothic yang sangat
kompleks, seperti Katedral Amiens, tidak didirikan dengan pertimbangan struktur
dan visual saja, tanpa emosi yang kuat dan dalam. Selama era Gothik,
simbol-simbol intelektualitas dan keagamaan pada masa itu diekspresikan dalam
bangunan katedral. Aliran/mahzab intelektual yang sangat berpengaruh pada masa
tersebut adalah Scholasticism yang dipelopori oleh Saint Thomas Aquinas (1225 –
74), yang dalam ensiklopedia Summa Theologica menyatukan isu agama dan intelektual
pada tataran yang sama. Keterkaitan penting antara mahzab Scholasticisme dengan
arsitektur Gothik telah berkembang, antara lain dalam terjemahan berbagai
pandangan visioner pada dinding batu dan kaca dekoratif dalam katedral.
Keunggulan visioner dari katedral
bergaya Gothik menempatkan aspek-aspek lain dari sebuah bangunan pada
perspektif yang tepat. Ciri-ciri formal utama –seperti ruang, pencahayaan,
garis, dan geometri- menciptakan atmosfer yang sangat penting dari suatu
bangunan; sedangkan ciri-ciri struktural –seperti rusuk pada kubah, ujung
lengkungan, penopang/balok yang melayang- dimungkinkan oleh faktor-faktor
visual. Balok yang melayang, yang mengelilingi katedral, menopang bentuk yang
menciptakan interior visionernya. Bagi para observer, yang melupakan kerangka
balok penopang, bentuk ini muncul dan berdiri sendiri dengan dasar kekuatan
supranatural, keajaiban, dan karunia Tuhan, yang menyatakan bahwa supremasi
keyakinan/agama diatas segalanya. Sebagai suatu gaya yang lebih dari yang lain,
langgam Gothik banyak berbagi dengan langgam Byzantine.
Aliran gothic ini juga
disebut-sebut sebagai seni barbarian. Di inggris pada tahun 1700-1800 disebut
atau di juluki seni gothic adalah seni yang tidak mempunyai rasa, hambar
sekaligus disebut sebagai seni yang menyimpang dari kaidah-kaidah seni
biasanya.
Karenanya, tidak dapat
diragukan lagi bahwa istilah ‘gothic’ seperti yang diterapkan untuk menunjuk
gaya arsitektur gereja digunakan pada awalnya menghina, dan di cemooh, oleh
orang-orang yang ambisius untuk meniru dan menghidupkan kembali perintah Yunani
arsitektur, setelah kebangkitan sastra klasik.
Bangunan bergaya gothik dapat
dengan mudah dikenali melalui ciri khas dan karakteristik tertentu yang
menekankan aspek vertikalitas, dan pencahayaan. Karakteristik tersebut terlihat
dari struktur bangunan tidak lagi berupa tembok yang kokoh, namun menjadi
kerangka batu yang terdiri dari kolom, kubah dan tiang-tiang penopang. Dalam
arsitektur Gothic, kombinasi yang unik dari teknologi yang sudah ada
menciptakan gaya bangunan baru yakni teknik ogival atau menunjuk arch, lemari
besi berusuk, dan balok menunjang.
INTERIOR GEREJA ST PAUL’S
Gambar 1.
Ruang Persegi Panjang
Ruangan persegi panjang sebagai tempat ibadah ini
dengan bentuk langit-langit yang melengkung merupakan dasar dari gereja St
Paul’s. Biasanya dijumpai dalam bentuk sepulchure. Bentuk ruang ini snagat
bagus dalam menunjukkan pengaruh dari bahan yang digunakan. Tekstur permukaan
yang menentukan ruang lingkuup dari tindakan yang akan dilakukan, dari yang
penting sampai kontemporer. Dan ini berlaku untuk setiap ruangan dalam gereja.
Pada
ruang-ruang persegi panjang lokasi bukaan sangatlah penting. Seperti interior
dalam gereja St Paul’s. Bukaan diletakkan pada sisi yang pendek sehingga ruang
tersebut memberikan kesan tinggi dengan suatu penjajajaran yang jelas sepanjang
sumbu memanjangnya. Dengan menyisipkan deretan kolom yang melengkung,
kecenderungan ini menjadi semakin nyata. Daerah tepi yang gelap dapat digunakan
untuk tujuan dan aktivitas yang sekunder. Jalan yang memanjang ke arah mimbar
semakin mempertegas arah melintang yang tertutup. Hal yang patut dicatat dan
diingat adalah penemuan struktur gereja yang dikenal dengan flying buttress
yaitu semacam balok miring yang melayang dan menyalurkan beban atap,
memperkokoh bangunan, dan sekaligus menjadi elemen estetika. Disamping sebagai
unggulan flying buttress, juga menjadi ciri gereja Gothik bersama ciri-ciri
lainnya seperti menara lonceng yang lebih tinggi dengan era Romanika, serta
penggunaan busur-busur yang lancip. Beberapa negara yang menjadi tumpuan
perkembangan arsitektur Gothik adalah Prancis, Inggris, Jerman, Itali, Spanyol,
Belgia, dan Belanda. Tatanan denah dan bentuk globalnya lebih bebas
dibandingkan dengan Bizantium dan Romanesque.
Terdapat
menara pada bangunan gereja. Biasanya terletak pada bagian depan ataupun
belakang bangunan. Dan pada masa Arsitektur Gothic menara difungsikan sebagai
isyarat adanya peribadatan di dalam gereja. Hal tersebut berkembang sampai saat
ini, dan isyarat tersebut merupakan bunyi lonceng yang ditempatkan dibagian
atas menara.
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada periode ini di antaranya: Ketinggian langit-langit
yang jauh melebihi skala manusia, terutama pada gereja-gereja dan
katedral.Bentuk busur yang meruncing, dikarenakan keinginan untuk menciptakan
atap meruncing sebagai ciri arsitektur vernakular Eropa. Hal ini merupakan
tuntutan iklim salju.
Pengembangan
bentuk rib vaults—bentuk kubah yang menyerupai rusuk. Salah satu pembeda
arsitektur Gothic dengan periode sebelumnya adalah sistem konstruksi kolom dan
langit-langit tidak terpisah. Jadi antara kolom dan rusuk penyangga atap
menyatu. Sebagai pengembangan dari struktur busur silang yang banyak digunakan
pada periode sebelumnya, bentuk busur rusuk dapat dikatakan terinspirasi dari
bentuk ranting pohon. Pada perkembangan selanjutnya, susunan rusuk yang terjadi
malah menyerupai kipas. Di samping itu, diameter kolom menjadi besar karena
sebenarnya kolom besar tersebut merupakan gabungan dari beberapa kolom
kecil-kecil yang langsung menopang rusuk. Meskipun sama-sama berukuran besar,
pada arsitektur Yunani hal ini lebih dikarenakan kebutuhan struktural untuk
menopang beban atap dan entablature yang sangat besar. Kolomnya berkembang
menjadi kolom strutural dan non struktural.
Bangunan
Arsitektur bergaya Gotik biasanya Bentuk bangunannya dibuat mirip dengan gereja
yang memiliki bentuk khas Gotik. konstruksi balok-balok penopang juga sudah
mulai diperlihatkan pada zaman romantik, yaitu pada pengerjaan balkon dan
pilar-pilarnya, selain berfungsi sebagai penopang, juga berfungsi untuk
memperindah ruang dalam. pada bangunan gaya Gotik, ide-ide arsitektur
ditempatkan sebagai konsekuensi akhir yang harus diusahakan supaya dapat
betul-betul terselesaikan. efek yang dihasilkan ternyata luar biasa indah dan
megah, melawan kesan bahan dasar yang digunakan (batu belah, yaitu kesan berat
dan membebani.
Gereja Gotik
merupakan bangunan dengan sistem kerangka dan penopang. dinding-dindingnya
berfungsi sebagai pelindung yang melingkupi ruang dalam gereja seperti selubung
tipis. beban atapnya yang melengkung dan tiang tinggi, ditopang oleh
pilar-pilar, ditempatkan mengerombol dan saling berkaitan.
Kerangka pada atap melengkung dan
konstruksi penopangnya yang dibuat berdasarkan tuntutan pengaturan ruang,
sangat menguntungkan dinding penutupnya. bidang dinding yang terletak antara
kerangka penopang, hampir tidak memikul beban, selain beban beratnya sendiri. Hal
ini memberikan kesempatan pada perkembangan bentuk jendela. jendela dibuat
semakin besar karena kekhawatiran akan masalah statika tidak ada. selain itu,
lengkungan menyudut, lengkungan bersudut dapat membagikan beban statikanya
daripada lengkungan setengah lingkaran, sehingga tiang penopang juga menerima
beban yang lebih merata dan ringan.
BAB
VI
KESIMPULAN
Bab ini
menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan
6.1. Kesimpulan
Arsitektur gothic diciptakan
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan teknis bangunan, namun lebih sebagai karya
seni yang dipengaruhi aspek filosofis dan religious yang berkembang pada masa
itu. Bentuk dan desain yang rumit memiliki dasar filosofis yang tidak mudah
dipahami orang awam. Karenanya studi tentang arsitektur gothic memerlukan
pendekatan yang komprehensif dari semua aspek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar